Warnanya merah muda. Di bagian depannya terdapat hiasan berupa pita kecil. Sepatu itu dipajang di etalase. Kenga menyukai sepatu itu sejak pertama kali melihatnya. “Bentuknya sederhana, tetapi terlihat sangat cantik,” pikir Kenga.
Kenga adalah seekor kanguru kecil yang ceria. Kenga tinggal bersama Kak Kiki, Ibu, dan ayahnya di kota Austeria.
Saat itu, Kenga sedang berbelanja pakaian bersama Kak Kiki, ketika dia melihat sepatu merah muda di sebuah toko. Setelah berhasil membujuk kakaknya, Kenga diizinkan masuk ke toko tersebut untuk melihat-lihat sepatu. Sepatu-sepatu di toko itu dikelompokkan sesuai modelnya, lalu diberi tanda harga dan diskon. Ada yang harganya Rp. 150.000,00 diskon tiga puluh persen. Lalu, ada juga yang seharga Rp. 200.000,00 diskon lima puluh persen.
“Tiga puluh perseratus dikali seratus lima puluh ribu sama dengan empat puluh lima ribu,” gumam Kenga sambil memperhatikan papan-papan harga yang dia lewati.
Kak Kiki yang mengajarinya metode ini. Dulu Kenga sulit memahami persentase, tetapi setelah terbiasa menghitung harga beserta diskonnya, dia dapat menghitung hasilnya dengan cepat. Bahkan setelah berhasil, dia tidak dapat menghentikan kebiasaannya menghitung harga-harga produk yang didiskon.
“Selamat datang, mau mencari sepatu dengan model apa?” tanya Bu Lala Koala, pemilik toko tersebut.
“Saya mau mencoba sepatu yang dipajang di etalase,” jawab Kenga dengan sopan.
Sepatu itu terasa pas dan cocok di kaki Kenga. Sangat nyaman waktu dicoba untuk melompat. Tapi ternyata, harga sepatu itu sangat mahal.
“Harganya Rp. 290.000,00 dengan diskon dua puluh persen. Apakah kamu tetap ingin membelinya?” tanya Kak Kiki kepada Kenga yang sedang mengagumi sepatu itu.
“Dua puluh perseratus dikali dua ratus sembilan puluh ribu sama dengan lima puluh delapan ribu. Jadi, yang harus aku bayar dua ratus sembilan puluh ribu dikurangi lima puluh delapan ribu ya, Kak?” Kenga berkata pada kakaknya sambil tetap menghitung.
“Betul, Kenga. Hasilnya Rp. 232.000,00,” sahut Kak Kiki.
“Mmm… sepertinya aku harus menabung dulu, semoga kalau uangnya sudah cukup, sepatunya belum terjual,” kata Kenga kepada kakaknya.
Kenga keluar dari toko sepatu dengan kecewa. Sesampainya di rumah dia tidak bisa berhenti berpikir, bagaimana dia bisa mendapatkan uang sebesar Rp. 232.000,00. Akhirnya, karena tidak mendapatkan ide, Kenga bertanya kepada kakaknya.
Kira-kira apa yang akan dilakukan Kenga untuk mendapatkan uang sebanyak itu demi membeli sepatu merah muda? Apakah akhirnya dia bisa memilikinya?
***BERSAMBUNG, DONG…
Cerita di atas adalah salah satu dongeng yang ditulis anak saya, Estella. Bersama kawan-kawannya di komunitas menulis yang dimentori Kak Wulan Mulya Pratiwi dan Bubu Dian Nofitasari, terbitlah buku antologi dongeng matematika ini.
Isinya hitung-hitungan, gitu? Males, ah!
Eits, jangan salah! Namanya juga dongeng. Pasti isinya cerita-cerita yang seru dan penuh imajinasi. Tapi, dongeng yang ini mengandung tema matematika, yang tentu saja dikisahkan dengan menarik. Jadi nggak berasa, nih, sambil asyik baca dongeng, tau-tau ngerti tentang persentase, tentang pecahan, bangun ruang, sudut, dan banyak tema lainnya.
Kayak begini nih, kavernya. Lucu kan, belum lagi isinya.
Ada 33 cerita dengan 18 tema, yang ditulis oleh 33 anak. Tema yang dipilih kira-kira cocok untuk usia SD, bisa dari kelas satu sampai kelas enam. Tapi, karena bentuknya dongeng, materi yang biasanya diterima anak besar, bisa juga dong dinikmati anak kecil. π
Nah, ini sudah pre order yang kedua kalinya. Yuk, yang berminat seru-seruan baca dongeng sambil belajar matematika, bisa DM ke fb: Octa Berlina Mahendrata atau IG: @octaberlinaocta atau fb: Pustaka Gesang atau IG: @pustakagesang.
Ditunggu sampai tanggal 14 Januari aja…
Semangat belajar matematika.. ^^
Wah bacaan keren ini buat bocil yang suka merengut ketika kata matematika disebutπ bisa mengubah persepsi sulit jadi asyik ya☺️
ReplyDeleteHihi.. Iya Mbak.. Pinginnya anak-anak nggak cemberut nih kalau udah berhadapan sama hitungan dan bisa enjoy, jadi emaknya juga nggak emosi.. *eh, curhat π€
Deleteibu-ibu juga jago banget, mba octa kalo sudah disuruh ngitung presentase discount barang obralan di Mall, terkhusus aku, otak suka langsung gerak cepet ngitung, apalagi kalo angkanya ampe 75 percent,..hihi...mau dung mba Octa, bukunya.
ReplyDeleteSiap, Mbak.
DeleteIyes kalo yang beginian nggak perlu mikir lama, langsung otak ibuk-ibuk jadi seger..
Baca judul ceritanya lucu ya kak, saya jadi keingat film Raditya Dika nih kak. Hahhaha. Judulnya marmut merah jambu. Tapi termasuk jurus jitu yang seru versi untuk anak-anak
ReplyDeleteIya, Mbak..
DeleteHarus cari jurus pendekatan ke anak, ya..
Selalu suka dengan tulisan mbak octa menyuguhkan matematika yang rumit dengan gaya bercerita. Tampilan gambarnya juga lucu.
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak Maya.. ππ½
Deletemenarik bukunya mbak, mau satu ya untuk anak saya, bisa dapat tanda tangan salah satu penulisnya ga mbak?
ReplyDeleteSiap, Mbak. Saya catat ya.. Terima kasih banyak. ππ½
Deleteseru bisa dicontoh nih cara masukin hitung2an matematika ke cerita biar bikin anak berfikir sekaligus mendengarkan.
ReplyDeleteMasha Allah, mbak octa luar biasa, ternyata matematika juga bisa dibuat dongeng ya, menarik sekali mbak, anaknya juga keren.
ReplyDeleteWidih, selalu ada cerita seru bersama matematika, ya, Mba. Anak Mba kece, nih. Ikut jejak ibunya yang pintar banget buat metematika terlihat menyenangkan. Selalu nunggu episode matematika have fun Mba Octa, lo.
ReplyDelete