“Bikin bolu gulung aja, Bu!” saran Mili. “Kakek dan Nenek kan suka sekali bolu gulung buatan Ibu.”
“Ah, iya benar. Waktu Ibu bawakan untuk oleh-oleh, Kakek dan Nenek pesan supaya dibuatkan lagi, ya?” sahut Ibu berbinar.
“Nah, supaya lebih mantap lagi, kita coba bikin dulu sekarang, Bu. Biar nanti Mili bantu cicipin. Lalu, minggu depan baru kita buat yang banyak,” rayu Mili sambil memasang wajah lucunya.
Ibu tertawa geli sambil mencubit pipi Mili. “ Ah, kamu bisa aja! Ya ayuklah, bantu Ibu membuatnya. Tapi sebelumnya, tolong Ibu membeli kekurangan bahannya, ya!” Ibu berdiri lalu mengambil dompetnya.
“Oke, siap, Bu!” jawab Mili.
Ibu mengangsurkan selembar lima puluh ribuan kepada Mili. “Tolong ke warung Bu Jamil, belikan 1 kg gula dan 2 kg tepung! Semoga uangnya tidak kurang. Tanyakan juga harga per kilogramnya, ya!”
“Oke, Bu. Mili berangkat sekarang,” kata Mili sambil meraih tas kain untuk berbelanja.
Tak lama kemudian, Mili sudah kembali dengan belanjaannya.
“Ini, Bu. 1 kg gula,” Mili mengeluarkan satu bungkus gula pasir. “Lalu 2 kg tepung,” sambung Mili sambil mengeluarkan dua bungkus tepung. “Lalu, ini kembaliannya,” kata Mili mengangsurkan uang delapan belas ribu rupiah.
“Jadi harga 1 kg gula dan 2 kg tepung, tiga puluh dua ribu rupiah ya, Mil?” tanya Ibu.
“Wah, Ibu pinter deh,” goda Mili sambil mengacungkan ibu jarinya.
Ibu tersenyum geli. “Lalu berapa harga per kilogramnya?”
“Yah, Mili lupa tanya, Bu. Mili balik ke warung Bu Jamil dulu, ya?”
“Sebentar-sebentar, ini di bungkusan tepung ada harganya, Mil! Rp. 10.000,-“ kata Ibu.
Mili memiringkan kepalanya berlagak seperti detektif sedang memikirkan sesuatu.
“Jadi kalau 1 kg gula + 2 kg tepung yang harganya Rp. 10.000,- = Rp. 32.000,-, maka harga 1 kg gula = 32.000 – 20.000 = Rp. 12.000,-. Betul kan, Bu?” tanya Mili.
“Wah, Mili pinter, deh!” ganti Ibu yang mengacungkan ibu jarinya. “Nah, sekarang mari kita mulai membuat bolu gulung.”
***
Lima hari kemudian. Mili sedang membaca buku, ketika Ibu menghampirinya.
“Mil, tolong belikan Ibu 3 kg gula dan 5 kg tepung, ya! Untuk membuat bolu gulung besok,” kata Ibu sambil memberikan uang Rp. 100.000,-.
“Oke, Bu. Secepat kilat Mili akan segera berangkat,” kata Mili.
Mili segera beranjak dari duduknya, menerima uang yang diangsurkan Ibu, lalu berlari cepat ke arah pintu.
Ibu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu putrinya.
Tak sampai lima belas menit, Mili sudah datang dengan tas belanjaannya.
“Ini, Bu! 3 kg gula dan 5 kg tepung. Lalu ini kembaliannya,” Mili meletakkan selembar uang Rp. 10.000,- di atas meja.
Tapi ada
yang aneh dari tingkah Mili, nih... Ibu melihat Mili, lalu melihat ke atas meja, lalu melihat Mili lagi.
Karena Mili makin tampak salah tingkah, Ibu bertanya, “Jadi seharusnya total dibayar berapa?”
“Hmmm… 3 kg gula yang harganya 12.000 + 5 kg tepung yang harganya 10.000 = Rp. 86.000,-. Kalau dibayar dengan Rp. 100.000,-, kembaliannya Rp. 14.000,-.” Mili menjawab perlahan sambil memandangi uang kembalian yang ada di atas meja.
Ibu menunggu kelanjutan jawaban Mili sambil tersenyum menggoda.
“Tadi di depan warung Bu Jamil, Mili lihat Dika menangis karena kepingin jajan cilok Mang Ujang. Karena kasihan, Mili belikan Dika cilok Rp. 2000,-,” sahut Mili perlahan.
“Wah, Mili baik,” sahut Ibu. “Lalu yang Rp. 2000,-?”
“Waktu lihat cilok Dika dibungkus, Mili kepingin juga. Jadi Mili ikutan jajan. Tapi, Bu, rencananya Mili akan langsung bilang Ibu, lho,” kata Mili dengan muka yang lucu.
Ibu makin gemas, “Nggak apa-apa kalau Mili bilang ke Ibu. Kalau sembunyi-sembunyi malah jadinya nggak jujur, kan!”
“Jadi Ibu nggak marah, kan?” tanya Mili sambil mencium pipi Ibu.
Ibu balas mencium pipi gemas Mili.
Tema: Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
***SELESAI***
cakep mbak ceritanya, mbak Octa keren nih, soal matematika dibuat cerita
ReplyDeleteBiar anak-anak tertarik baca juga, Mbak.. π
DeleteMbaa itu kue2 kecilnya gambar sendiri , jugaaak?? Iihh lucuuuu...hihi...ayo belajar berhitung...,,,π
ReplyDeleteIyes, Mbak.. Dikumpulin dikit-dikit..
ReplyDeleteTiap kali q buka blognya mbak octa, q pasti minta anak q baca ulang, Alhamdulillah dia suka, trus dia langsung mengaitkan waktu q minta berbelanja juga di warung, katanya dia udah belajar matematika sama seperti ceritanya mbak octa, dia nyebutnya matematika octa. Suami saya awalnya heran pelajaran apa itu matematika octa, kok bapak gak pernah dengar. Yah bapak ketinggalan cerita, tanya mamak dong, ada di laptop katanya. Saya geli mbak, trus dia suka nanya2 klo saya buka laptop. Makasih ya mbak....
ReplyDeleteWah, makasih sekali apresiasinya, Mbak. Semoga bermanfaat banyak buat ananda..
Deletewwweeeeh keren. jadi menyenangkan belajar matematika kalau dibuat cerita seperti ini yaaa.... sepertinya anak-anak bisa diajak membaca blognya mba okta secara teratir nih... ditunggu cerita cerita matematika berikutnya maba okta
ReplyDeleteSiap, makasih, Mbak. Jadi makin semangat, nih.
DeleteMba Octa keren banget..
ReplyDeleteKonsep matematika dijadikan cerita aplikasi kehidupan sehari-hari, sehingga bisa lebih mudah dimengerti..
Thank you, Mbak..
DeleteWah ide ceritanya bagus. Mili yang mau membantu sambil belajar matematika.
ReplyDeleteSemangat kaka.... Aku suka sama tulisan kaka
ReplyDeleteIni nih kelebihan mba octa jika sdh bercerita pasti ada manfaat yang terselubung. Heeee alias bikin pinter anak. Semangat mba octa
ReplyDeleteMakasi, Mbak. Semangat juga Mbak Wulan.
DeleteKece banget emang Mba Octa. Selalu saja membuat matematika jadi have fun. Gambar pelengkapnya hasil buah karya Mba Octa juga, ya?
ReplyDeleteIyes, Mbak Nia..
DeleteBolgul favorit kuππ.semua hasil olahan tepung ,telur dan mentega aku suka bangetttt.tapi kendalanya adalah badanku gampang melarπ€π€.haduhhh gimana mengatasinya yaπ€ππ.
ReplyDeleteInspirasi banget nih buat aku, Mbak. Mengajari matematika melalui cerita. Mau diterapin ke anakku. Makasih, Mbak :)
ReplyDeleteOwe jadi terinspirasi nih. Belajar mtk sambil story, ide bagus nih buat ngajarin les dirumah. Terimakasih mbaa
ReplyDeleteDialog dalam kisan ini sederhana namun begitu bermakna. Diksinya mudah dipahami juga sehingga membuat kita menikmati alur ceritanya. Lanjutkan, Kak
ReplyDeleteenak banget kalo baca tulisan mba Octa, berasa menjadi bekal juga untuk aku nanti jika memiliki anak. JIka diberikan pengetahuan seperti ini, tentunya matematika akan menjadi pelajaran yang menyenangkan.
ReplyDeleteceritanya bagus, terkandung edukasi etika nih. aku ijin pakai untuk cerita/dongeng untuk anak-anakku ya
ReplyDelete